POLITIK
ISLAM
MAKALAH
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah
Pendidikan Agama
Disusun
Oleh
Nama : Jellyana
NIM/Tahun Masuk : 15045073/2015
UPT
MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Politik
Islam”. Selanjutnya Sholawat salam dan do’a penyusun haturkan buat Nabi
Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya sekalian.
Penyusun
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini, terutama kepada kedua orang tua penyusun. Selanjutnya
penyusun mengucapkan terimakasih kepada --------- yang telah
membimbing dan mengarahkan penyusun dalam penyelesaian makalah ini.
Selanjutnya
penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat dan
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Padang, April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ .ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... .1
A. Latar
Belakang
........................................................................................1
B.
Rumusan Masalah ...................................................................................1
C.
Tujuan Penulisan .....................................................................................2
D.
Manfaat Penulisan ...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
A. Pengertian Politik Islam ..........................................................................4
B. Prinsip-prinsip dalam Politik Islam .........................................................7
C.
Tujuan Politik dalam Islam .....................................................................8
D.
Norma-norma dalam Pelaksanaa Politik Islam .......................................9
E.
Demokrasi dalam Islam .........................................................................10
F.
Masyarakat Madani ................................................................................11
BAB III PENUTUP ..............................................................................................16
A. Kesimpulan ............................................................................................16
B. Saran
......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam
merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan tujuan untuk mengubah akhlak
manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah SWT. Banyak cara yang dilakukan
oleh manusia untuk mencapai ketakwaan di sisi-Nya atau yang disebut juga dengan
kata “Politik”. Karena politik dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk
mencapai tujuan tertentu. Tidak sedikit masyarakat menganggap bahwa politik adalah
sesuatu yang negatif yang harus dijauhi. Padahal tidak semestinya selalu
begitu, bahkan politik sangat dibutuhkan dalam hidup beragama. Andai saja kita
tidak mempunyai cara untuk melakukan pendekatan kepada Allah SWT, maka dapat
dipastikan kita sebagai manusia biasa juga tidak akan pernah mencapai kata
beriman dan takwa disisi-Nya, dikarenakan tidak akan pernah tercapai suatu
tujuan jika tidak ada usaha atau cara yang dilakukannya untuk mencapai tujuan
tersebut. Realita inilah yang harus kita ubah dikalangan masyarakat setempat,
setidaknya dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, kemudian untuk bangsa
dan negara kita.
Suatu masyarakat
dikatakan sebagai masyarakat politik jika ia mempunyai lembaga kekuasaan yang
khusus, yang dapat menetapkan hukum dan undang-undang, yang ia buat atau ia
adopsi, yang mengatur perilaku masyarakat. Kemudian hukum dan undang-undang itu
ia aplikasikan kepada masyarakat dan memaksa mereka untuk mematuhinya.
Undang-undang harus dipatuhi secara umum oleh masyarakat yang diakui mempunyai
kekuatan dengan sukarela dan terpaksa, uga ia diakui sebagai kekuasaan
tertinggi dalam masyarakat itu dan dapat memberikan hukuman material.
B.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah:
1.
Apa
yang dimaksud dengan politik islam?
2.
Apa
saja prinsip dalam politik islam?
3.
Apa
tujuan politik menurut pandangan islam?
4.
Apa
saja norma dalam pelaksanaan politik islam?
5.
Bagaimana
demokrasi dalam islam?
6.
Apa
yang dimasud dengan masyarakat madani?
7.
Apa
saja ayat-ayat yang berkaitan dengan politik islam?
C.
Tujuan dan Manfaat
Berdasatkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka
yang menjadi tujua dan manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Tujuan
a.
Untuk
meningkatkan rasa keingintahuan dan kepekaan terhadap politik islam bagi
individu penulis dan masyarakat umum tentang politik islam.
b.
Untuk
mendefinisikan politik islam.
c.
Untuk
menguraikan prinsip-prinsip dan norma dalam politik islam.
d.
Mendefinisikan
demokrasi dalam islam.
e.
Menguraiakan
tentang masyarakat madani sebagai masyarakat yang melaksanakan politik islam.
f.
Untuk
menguraikan ayat-yat yang berkaitan dengan politik islam.
2. Manfaat
a.
Menggugah
rasa keingintahuan bagi individu penulis khususnya dan masyarakat umum pada
umumnya tentang politik islam.
b.
Mampu
mengambil sikap yang tepat terhadap pelaksanaan politik islam.
c.
Mampu
menjalankan tugas sebagai masyarakat yang menganut politik islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Politik Islam
Kata politik
diambil dari bahasa Yunani yaitu politicos,
atau dari bahasa Latin yaitu politicus
yang berarti relating to citizen.
Keduanya berasal dari kata polis yang berarti kota. Kamus Besar Bahasa
Indonesia mengartikan kata politik sebagai segala urusan dan tindakan (kebijakan,
siasat da sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain.
Juga dalam arti “kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani
satu masalah). Dalam kamus-kamus bahas Arab modern, kata politk diterjemahkan
dengan kata siyasah. Kata ini diambil
dari kata “sasa-yasusu”, yang berarti
mengemudikan, mengendalikan, pengatur dan sebagainya. Politik secara umum
diartikan sebagai ilmu pemerintah dan mengatur negara, seni memerintah dan
mengatur masyarakat manusia. Dengan kata lain, cara atau taktik untuk mencapai
suatu tujuan. Secara lebih khusus, politik diartikan sebagai kemahiran dalam
rangka menghimpun, meningkatkan kualitas, dan kuantintas, mengawasi dan
mengendalikan serta menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam
negara dan institusi lainnya (Tim Dosen PAIS, 2014:204-205).
M. Quraish
Shihab mengatakan bahwa politik adalah segala urusan dan tindakan berupa
kebijakan dan siasat mengenai pemerintah negara dan terhadap negra lain dengan
tujuan untuk kemaslahatan bersama. Uraian Al-Quran tentang politik sepintas
dapat ditemukan pada ayat-ayat yang berakar kata hukm yang pada mulanya berarti
“menghalangi atau mengarang dalam rangka perbaikan”. Dari akar yang sama
terbentuk kata hikmah yang pada mulanya berarti kendali. Makna ini sejalan
dengan makna asal kata sasayasusu-sais,
siyasat, yang berarti mengemudi, mengendalikan, pengendali dan cara
pengendalian (Tim Dosen PAIS, 2014: 205).
Dari beberapa
definisi dia tas, maka dapat disimpulkan bahwa politik islam adalah segala urusan
dan tindakan berupa kebijakan dan siasat mengenai pemerintah negara dan
terhadap negra lain dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama dengan mengacu
kepada Al-Quran dan Al-Hadist.
B.
Prinsip-prinsip dalam Politik Islam
Dalam politik islam ada beberapa prinsip, berikut prinsip
tersebut:
1.
Prinsip
dasar politik islam.
Politik islam
didasarkan pada tiga prinsip, yakni:
a.
Hakimiyyah
Ilahiyyah (Tauhid)
Tauhid artinya
mengesakan Allah swt. selaku pemilik kedaulatan atau kekuasaan tertingi.
Artinya Hakimiyyah Ilahiyyah membawa
pengertian-pengertian berikut:
·
Bahawasanya Allah
Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalah Tuhan yang menjadi
pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan
tunduk kepada sifat Ilahi-Nya Yang Maha Esa.
·
Bahawasanya hak untuk
menghakimi dan mengadili tidak dimiliki oleh sesiap kecuali
Allah. Bahawasanya hanya Allah sahajalah yang memiliki
hak mengeluarkan hukum sebab Dialah satu-satunya Pencipta.
·
Bahawasanya hanya Allah saja
yang memiliki hak mengeluarkan peraturan-peraturan
sebab Dialah satu-satunya Pemilik.
·
Bahawasanya hukum Allah
adalah suatu yang benar sebab hanya
Dia sahaja yang Mengetahui hakikat segala sesuatu dan di tangan-Nyalah saja
penentuan hidayah dan penentuan jalan yang selamat dan lurus.
b.
Risalah
Risalah merupakan medium perantara
penerimaan manusia terhadap hukum-hukum Allah swt. Dalam menjalankan
perintah-Nya, risalah berfungsi sebagai “sumber norma dan nilai”. Dalam artian
risalah adalah merupakan sumber nilai dan norma dalam perpolitikan. Risalah
bererti bahawa kerasulan beberapaorang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi
Adam hingga kepada Nabi Muhammads.a.w adalah suatu asas yang penting dalam
sistem politik Islam. Melaluilandasan risalah inilah maka para rasul mewakili
kekuasaan tertinggi Allah
swt dalam
bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala
wahyu Allah swt
dengan ucapan dan perbuatan.
c. Khalifah
Khilafah
bererti pemimpin atau perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adalah sebagai wakil Allah. Oleh itu,
dengan kekuasaan yang telah diamanahkan ini, maka manusia hendaklah
melaksanakan undang-undang Allah swt dalam batas yang ditetapkan. Di atas landasan ini,
maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik tetapi hanyalah khalifah atau
wakil Allah swt yang menjadi Pemilik yang sebenar-benarnya.
Khalifaj dituntut untuk melakukan tugas kekhalifahan denga baik dan maksimal
dengan peraturan atau nilai dan norma yang telah berlaku.
Seseorang khalifah
hanya menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar-benar mengikuti
hukum-hukum Allah swt. Ia menuntun agar tugas khalifah dipegang oleh
orang-orang yang memenuhi syarat-syarat berikut:
·
Terdiri
dari pada orang-orang yang benar-benar boleh menerima dan mendukung
prinsip-prinsip tanggng jawab yang terangkum dalam pengertian kkhilafah.
·
Tidak
terdiri dari pada orang-orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah swt.
serta bertindak melanggar batas-batas yang ditetapkan
olehNya.
·
Terdiridaripada
orang-orang yang berilmu, berakal sihat, memiliki kecerdasan, kearifan serta
kemampuan intelek dan fizikal.
·
Terdiri
daripada orang-orang yang amanah sehingga dapat dipikulkan tanggungjawab kepada
mereka dengan yakin dan tanpa keraguan.
2. Prinsip Utama Politik Islam
a. Musyawarah
Asas
musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan
oarang-oarang yang akan menjawat tugas-tugas utama dalam pentadbiran ummah.
Asas musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara
pelaksanaan undang-undang yang telah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan
As-Sunnah. Asas musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan
bagi menetukan perkara-perkarabaru yang timbul di dalangan ummah melalui proses
ijtihad.
b. Keadilan
Prinsip ini
adalah berkaitan dengan keadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan
sistem ekonomi Islam. Dalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang
terkandung dalam sistem politik Islam meliputi dan merangkumi segala jenis
perhubungan yang berlaku dalam kehidupan manusia, termasuk keadilan di antara
rakyat dan pemerintah, di antara dua pihak yang bersengketa di hadapan pihak
pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di antara ibu bapa dan
anak-anaknya. Kewajiban berlaku adil dan menjauhi perbuatan zalim adalah di
antara asas utama dalam sistem sosial Islam, maka menjadi peranan utama sistem
politik Islam untuk memelihara asas tersebut. Pemeliharaan terhadap keadilan
merupakan prinsip nilai-nilai sosial yang utama kerana dengannya dapat
dikukuhkan kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
c. Kebebasan
Kebebasan yang
diipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang berpegang kepada
makruf dan kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenarnya adalah
tujuan terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi
asas-asas utama bagi undang-undang perlembagaan negara Islam.
d. Persamaan
Persamaan di
sini terdiri daripada persamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak, persamaan
dalam memikul tanggungjawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh
undang-undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah kuat kuasa
undang-undang.
e. Hak menghisab
pihak pemerintah
Hak rakyat
untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan terhadap tindak
tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajipan pihak pemerintah untuk
melakukan musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran
negara dan ummah. Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap
anggota dalam masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan
kemungkaran. Dalam pengertian yang luas, ini juga bererti bahawa rakyat berhak
untuk mengawasi danmenghisab tindak tanduk dan keputusan-keputusan pihak
pemerintah.
C.
Tujuan Politik dalam Islam
Tujuan sistem
politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan
kenegaraan yang tegak di atasdasar untuk melaksanakan seluruh hukum syariat
Islam. Tujuan
utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam. Dengan adanya
pemerintahan yang mendukung syariat, maka akan tertegaklah Ad-Dindan
berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Dintersebut.
Para fuqahak Islam telah menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuan kepada sistem
politik dan pemerintahan Islam:
1. Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang
telahdisepakati oleh ulamak salaf daripada kalangan umat Islam.
2. Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan
menyelesaikan masalah dikalanganorang-orang yang berselisih.
3. Menjagakeamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat
hidup dalam keadaan aman dan damai.
4. Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak
demi melindungi hak-hak manusia.
5. Menjaga perbatasan negara dengan berbagai
persenjataan bagi menghadapi kemungkinan serangan daripada pihak luar.
6. Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
7. Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana
yang ditetapkan syarak.
8. Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan
negara agar tidak digunakan secara boros atau kikir.
9. Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan
negara dan menguruskan hal ihwal pentadbiran negara.
10. Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam hal ihwal
awam demi untuk memimpin negara dan melindungi Ad-Din.
D.
Norma-norma dalam Pelaksanaa Politik Islam
Norma berarti
aturan. Artinya dalam pelaksanaan politik islam terdapat aturan agar sesuai
dengan jalan yang memang harus ditempuh tanpa adanya penyimpangan-penyimpangan.
Dalam buku Pendidika Agama Islam, UNP Ekspress, 2014, menjelaskan bahwa dalam
pelaksanaan politik, Islam juga memiliki norma-norma yang merupaka
karakteristik atau pembeda politik islam dari sistem politik lainnya.
Norma-norma tersebut adalah:
1.
Politik
merupakan alat / sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan sebagai tujuan
akhir atau satu-satunya.
2.
Politik
islam berhubungan dengan kemslahatan umat.
3.
Kekuasaan
mutlak adalah milik Allah swt.
4.
Manusia
diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur alam ini secara baik.
5.
Pengangkatan
pemimpin didasari atas prinsip musyawarah.
6.
Ketaatan
kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah swt dan Rasul.
7.
Islam
tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan negara.
E.
Demokrasi dalam Islam
Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam
konsep tauhid dan peranan manusia yang terkandung Dalamkonsep khalifah
memberikan kerangka yang dengannya para cendikiawan belakangan ini
mengembangkan teori politik tertentu yang dianggap demokratis. Didalamnya tercakup
definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat, tekanan pada kesamaan
derajat, manusia, dan kewajiban rakyat sebsgai pengemban pemerintahan.
Demokrasi islam
dianggap sebagai sistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam yang sudah lama berakar,
yaitu musyawarah (syura), persetujuan (ijma’), dan penilaian interpretative
yang mandiri (ijtihad).
Musyawarah,
konsensus, dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi
artikulasi demokrasi islam dalam kerangka keesaan tuhan dan kewajiban-kewajiban
manusia sebagai khalifah-Nya. Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan
maknanya, namun lepas dari ramainya perdebatan maknanya didunia islam,
istilah-istilah ini memberi landasan yang efektif untuk memahami hubungan
antara islam dandemokrasi di dunia kontemporer.
Perlunya musyawarah
merupakan konsensus politik kekhalifahan manusia. Masalah musyawarah ini dengan
jelas juga disebutkan dalam surat Asy-Syura ayat 28 yang isinya berupa perintah
kepada para pemimpin dalam kedudukan apapun untuk menyelesaikan urusan mereka
yang dipimpinnya dengan cara bermusyawarah. Dengan demikian, tidak akan terjadi
sewenang-wenang dari seseorang pemimpin terhadap rakyat yang dipimpinnya. Oleh
karen aitu perwakilan rakyat dalam sebuah negara Islam tercermin terutama dalam
doktrin musyawarah (syura). Dalam bidang politik, umat islam mendelegasikan
kekuasaan mereka kepda penguasa dan pendapat meraka harus diperlihatkan dalam
menangani masalah negara (Tim Dosen PAIS, 2014:209).
F.
Masyarakat Madani
Masayarakat madani adalah
masyarakat yang beradap, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju
dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Karena itu didalam ilmu
filsafat, sejak filsafat yunani sampai masa filsafat islam juga dikenal istilah
madinah atau polis, yang berarti kota
yaitu masyarakat yang maju dan berperadaban. Masyarakat madina menjadi simbol
idealisme yang diharapkan oleh setiap masyarakat.
Kata madani
merupakan penyifatan terhadap kota madinah, yaitu sifat yang ditunjukan oleh
kondisi dan sisyem kehidupan yang berlaku di kota madinah. kondisi dan sistem
kehidupan menjadi popular dan dianggap ideal untuk menggambaraan masyarakat
yang islami, sekalipun penduduknya terdiri dari berbgai macam keyakinan. Mereka
hidup dengan rukun, saling membantu, taat hukum, dan menujjukan kepercayaan penuh
terhadap kepemimpinannya. Al-Qur’an menjadi konstitusi untuk menyelesaikan
berbagai persoalan hidup yang terjadi diantara penduduk madinah.
Perjanjian
madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling
tolong-menolong, menciptakan kedamaian, dalam kehidupan social, menjadikan Al-Qur’an
sebagai konstitusi, menjadikan rasulullah saw sebagai pemimpin yang ketaatan
penuh terhadap keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebaan bagi penduduknya
untuk memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Masyarakat
madani sebagai masyarakat ideal memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. BerTuhan
2. Damai
3. Tolong-menolong
4. Toleran
5. Keseimbanagn antara hak dan kewajiban social
6. Berperadaban tinggi
7. Berakhlak mulia
G.
Ayat-ayat yang Berkaitan dengan Politik Islam
1. Firman Allah dalam surat al-Nisâ’
[4]: 58-59
Dasar-dasar
pemerintahan, perintah menunaikan amanah, menegakkan keadilan, dan kembali
kepada Allah, Rasul-Nya dan ulil amri dalam setiap masalah.
[4]Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat[5 kepada yang berhak menerimanya[6], dan apabila kamu
menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil[7]. Sesungguhnya Allah
sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu[8]. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar[9] lagi Maha melihat[10]. 59. [11]Wahai orang-orang yang
beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad)[12], dan ulil amri
(pemegang kekuasaan) di antara kamu[13]. Kemudian, jika kamu
berbeda pendapat tentang sesuatu[14], maka kembalikanlah
kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya)[15], jika kamu beriman
kepada Allah dan hari kemudian[16]. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu)[17] dan lebih baik
akibatnya.
(QS al-Nisâ’ [4]: 58-59)
Ayat di tersebut dinilai
oleh para ulama sebagai prinsip-prinsip pokok yang menghimpun ajaran Islam
tentang kekuasaan dalam pengertian tanggung jawab terhadap amanahnya serta
kekuasaan Allah. Hal ini menandakan bahwa semua aspek kehidupan
manusia telah diatur oleh Allah melalui konstitusi yang ada di dalam al-Qur’an,
ini menandakan adanya syumuliatul Islam –kesempurnaan Islam.
2. Firman
Allah surat al-Mâidah [5]: 18
Kekuasaan paling hakiki
adalah millik Allah. Allah adalah pemilik segala sesuatu, sesuai yang
difirmankan di dalam surat al-Mâidah [5]: 18,
…dan milik Allah seluruh
kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya[20], kepada Allah-lah semua
akan kembali. (QS al-Mâidah [5]: 18)
3. Firman Allah surat Ali’Imrân [3]: 26
Allah menganugerahkan
kepada manusia sebagian kekuasaan-Nya. Di antara yang menerima kekuasaan
(amanah) tersebut ada yang berhasil melaksankan tugasnya dengan baik karena
mengikuti prinsip-prinsip kekuasaan dan ada pula yang gagal.
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ
وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ
تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
26. [22]Katakanlah, “Wahai Tuhan
pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki,
dan Engkau mencabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan
orang yang Engkau kehendaki[23] dan Engkau hinakan
orang yang Engkau kehendaki[24]. Di tangan Engkaulah[25] segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu[26]. (QS Ali ‘Imran [3]:
26)
4. Firman Allah surat Shâd [38]: 26
Kekuasaan yang
berorientasi pemerintahan (kekuasaan politik) yang mempunyai mekanisme politik
telah tertuang di dalam al-Qur’an surat Shâd ayat 26,
يَا دَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الأرْضِ فَاحْكُمْ
بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ
اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ
بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ.
26. (Allah berfirman),
“Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi[28], maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil[29] dan janganlah
engkau mengikuti hawa nafsu[30], karena akan
menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan
Allah[31] akan mendapat azab
yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan[32]. (QS Shâd [38]: 26)
5. Firman Allah surat al-Baqarah [2]: 251
Di surat ini, Allah
memberi Daud kerjaan dan hikmah dan mengajarinya apa yang Allah
kehendaki.
فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَآتَاهُ
اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ وَلَوْلا دَفْعُ
اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو
فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ.
251. Maka mereka (tentara
Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah, dan (dalam peperangan itu)
Dawud[34] membunuh Jalut,
kemudian Allah memberinya (Daud) kerajaan dan hikmah[35], dan mengajarinya apa
yang Dia kehendaki[36]. Jika Allah tidak
melindungi sebagian manusia dengan sebagian dengan sebagian yang lain[37], niscaya rusaklah bumi
ini[38]. Tetapi Allah mempunyai
karunia (yang dilimpahkan) atas seluruh alam[39]. (QS al-Baqarah [2]:
251)
Kekuasaan yang Allah
amanahkan akan memberikan kemaslahatan yang cukup banyak. Amanah risalah dalam
pengertiannya yang luas menegaskan bahwa manusia adalah makhluk siyasah yang
bertanggungjawab atas terpeliharanya keteraturan hidup di tengah-tengah
masyarakat manusia dan lingkungan hidupnya, sedangkan siyasah memakmurkan bumi
dalam islam memiliki tujuan antara dan sekaligus menjadi cara, jalan dan sarana
untuk meraih tujuan yang lebih mulia dan lebih abadi, yaitu keselamatan
kehidupan yang lebih bermakna dan kekal, kehidupan akhirat.[40]
6. Firman
Allah surat al-Mâidah [5]: 8
Pemerintah wajib
menegakkan keadilan dalam setiap perkara, karena hal ini sesuai dengan firman
Allah terkait menegakkan keadilan dalam menunaikan persaksian.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ
شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا
اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ
بِمَا تَعْمَلُونَ .
8. Wahai orang-orang
yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah[42], (ketika) menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil[43]. Berlaku adillah[44]. Karena (adil) itu
lebih dekat kepada takwa[45]. Dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan[46]. (QS al-Mâidah [5]: 8)
7. Hadits tentang pemimpin dan tanggungjawab atas apa yang dipimpinannya.
Setiap orang dari kita
adalah pemimpin, dan setiap kita akan bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ
وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ
عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا
فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
1206- Dari Ibnu Umar, dari Nabi
Muhammad, beliau telah bersabda, “Setiap orang dari kalian adalah
pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungan jawab terhadap apa yang
di pimpinnya. Seorang raja adalah pemimpin bagi rakyatnya dan ia akan dimintai
pertanggungan jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin
bagi anggota keluarganya dan ia akan dimintai pertanggunganjawab atas apa yang
dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin bagi rumah tangga suami dan
anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungan jawab atas apa yang
dipimpinnya. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin bagi harta tuannya dan ia
akan dimintai pertanggungan jawab atas apa yang dipimpinnya. Ketahuilah bahwa
setiap orang dari kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungan jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR Muslim 6/8)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Politik Islam
adalah segala urusan dan tindakan berupa kebijakan dan siasat mengenai
pemerintah negara dan terhadap negra lain dengan tujuan untuk kemaslahatan
bersama dengan mengacu kepada Al-Quran dan Al-Hadist.
Politik islam
didasarkan pada tiga prinsip, yakni:
a.
Hakimiyyah
Ilahiyyah (Tauhid). Tauhid artinya mengesakan Allah swt.
b.
Risalah. Risalah merupakan
medium perantara penerimaan manusia terhadap hukum-hukum Allah swt.
c. Khalifah. Khilafah bererti pemimpin atau perwakilan.
Prinsip politik islam secara umum yakni:
a. Musyawarah
b. Keadilan
c. Kebebasan
d. Persamaan
e. Hak menghisab
pihak pemerintah
Tujuan
diadakannya politik islam adalah sebagai berikut:
a. Memelihara keimanan.
b. Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan
menyelesaikan masalah dikalanganorang-orang yang berselisih.
c. Menjagakeamanan daerah-daerah Islam.
d. Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan
syarak.
e. Menjaga perbatasan negara dengan berbagai
persenjataan.
f. Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
g. Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana
yang ditetapkan syarak.
h. Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan
negara.
i.
Melantik
pegawai-pegawai yang cekap dan jujur untuk mengawal kekayaan
negara dan menguruskan hal ihwal pentadbiran negara.
j.
Menjalankan
pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam hal ihwal awam.
Norma-norma dalam
pelaksanaan politik islam adalah:
1.
Politik
merupakan alat / sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan sebagai tujuan
akhir atau satu-satunya.
2.
Politik
islam berhubungan dengan kemslahatan umat.
3.
Kekuasaan
mutlak adalah milik Allah swt.
4.
Manusia
diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur alam ini secara baik.
5.
Pengangkatan
pemimpin didasari atas prinsip musyawarah.
6.
Ketaatan
kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah swt dan Rasul.
7.
Islam
tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan negara.
Demokrasi
islam dianggap sebagai sistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam yang sudah
lama berakar, yaitu musyawarah (syura), persetujuan (ijma’), dan penilaian
interpretative yang mandiri (ijtihad).
Masayarakat madani adalah
masyarakat yang beradap, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju
dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Karena itu didalam ilmu
filsafat, sejak filsafat yunani sampai masa filsafat islam juga dikenal istilah
madinah atau polis, yang berarti kota
yaitu masyarakat yang maju dan berperadaban. Masyarakat madina menjadi simbol
idealisme yang diharapkan oleh setiap masyarakat.
Ayat tentang
politik islam memang tidak menjelaskan
pengertian politik secara harfiah, namun di dalam ayat disebutkan bagaiamana
pelaksanaan politik islam yang baiak dan benar, norma dan hukum yang berlaku
dan bagaiaman sebenarnya tujuan utama yang harus dicapai dan mengapa kita perlu
melaksanakan politik islam itu sendiri.
B.
Saran
Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, meskipun
dikalangan makhluk ciptaan Allah swt. manusia adalah makhluk yang paling
sempurna yang diberi akal dan juga nafsu. Namun, dibalik kata sempurna
tersebut, sebenarnya manusia tidak ada secuilpun kata kesempurnaan dimata Allah
swt. Begitu juga dengan penulis, dalam penyelesaian makalah ini, penulis masih
memiliki kekurangan, mulai dari sumber buku yang kurang memadai, hingga
peyampaian yang dirasa kurang memuaskan hati pembaca. Untuk itu untuk
kesempurnaan makalah selanjutnya dengna judul yang sama, penulis menyarankan
kepada pembuata makalha selanjutnya agar dapat menyempurnakan kekurangan
tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim dosen PAIS. 2014. Pendidikan
Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum. Padang. UNP PRESS.
ttps://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar