Selasa, 15 November 2016

Makalah Pilar Pendidikan dan Pendidikan Sebagai Suatu Sistem

PILAR PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM
MAKALAH
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu Pendidikan


Disusun Oleh:
1. Asy Syifa’ Gazhali
2. Jellyana
3. Septika R.A
4. Novrialdi
5. Novrizal Masri



UPT MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2016

KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah swt. yang telah memberi rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pilar Pendidikan dan Pendidikan Sebagai Suatu Sistem”, guna untuk memenuhi tugas UPT Mata Kuliah Umum Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Sholawat salam dan doa penulis haturkan kepada nabi Muhammad saw. kepada keluarga dan para sahabatnya sekalian.
            Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut berperan dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada ibu ------ yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Padang,  Februari 2016

Penulis






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................      ii
DAFTAR ISI..................................................................................................     iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................     1
            A. Latar Belakang..................................................................................    1
            B. Rumusan Masalah.............................................................................    2
            C. Tujuan dan Manfaat.........................................................................     2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................     3
            A. Pengertian Pilar Pendidikan.............................................................     3
            B. Jenis-jenis Pilar Pendidikan dan Implikasinya dalam pembelajaran.   3
            C. Pengertian Pendidikan Sebagai Suatu Sistem..................................     8
            D. Komponen Pendidikan.....................................................................   10
BAB III PENUTUP........................................................................................    17
            A. Kesimpulan......................................................................................    17
            B. Saran................................................................................................    17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................    19


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
        Pendidikan merupakan sutu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, artinya pendidikan dimaksudkan untuk membudayakan manusia. Tujuan pendidikan secara luas adalah untuk meningkatkan kecerdasan, membentuk manusia yang berkualitas, terampil, mandiri, inovatif, dan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Oleh karena itu, pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan sebagai makhluk individu, sosial dan beragama.
        Dalam upaya memajukan pendidikan yang ada saat ini, UNESCO mengemukakan empat pilar pendidikan yang digunakan sebagai landasan dalam praktik pendidikan. Yakni learning to know, learning to do, learning to be, leraning to live together dan learnint to believe in God. Dimana dalam pelaksanaan keempat pilar ini guru bertindak sebagai fasilitator dan membantu siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
Namun realitanya dalam lapangan, guru justru berperan sebagai sumber dari segala bentuk pembelajaran di dalam kelas. Guru menerangkan dan siswa hanya mendengarkan. Jarang sekali bahkan tidak ada metode yang membuat proses pembelajaran menjadikan siswa belajar aktif mandiri. Dan berdampak pada menurunya kualitas pembelajaran dan sangat bertolak belakang dengan tujuan pendidikan indonesia yakni menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang akan membangkitkan minat siswa dalam belajar, sehingga dapat terwujud manusia yang berkualitas. Terkait dengan hal tersebut penulis tertarik mengambil judul Pilar Pendidikan dan Pendidikan sebagai Suatu Sistem dan Pendidikan sebagai suatu sistem.

B. Rumusan Masalah
            Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1.      Apa pengertian Pilar Pendidikan?
2.      Apa saja jenis-jenis Pilar Pendidikan dan implikasi dari masing-masing pilar dalam pendidikan?
3.      Apa pengertian pendidikan sebagai suatu sistem?
4.      Apa saja komponen pendidikan?
C. Tujuan dan Manfaat
            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk menambah wawasan tentang pilar pendidikan, jenis-jenisnya dan pendidikan sebagai suatu sistem bagi individu penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
2.      Untuk mempermudah pembaca dalam memahami pilar pendidikan, pendidikan sebagai suatu sistem dan bagaimana implikasinya dalam dunia pendidikan.
3.      Sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran, memahami peserta didik, materi yang akan diberikan, metode dan memahami linkungan pembelajaran.
4.      Sebagai referensi tambahan dalam dunia pendidikan.






BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pilar Pendidikan
Dalam kamus umum pilar berarti tiang penyangga atau penguat. Sedangkan pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak didik yang bertujuan pada pendewasaan anak it. Jadi pilar pendidikan adalah tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh perlindungan dan bantuan yang akan di berikan kepada anak didik untuk pendewasaannya.
M.J Langelveld mengatakan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan batuan yang diberikan kepada anak didik yang bertujuan pada pendewasaan anak itu sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pilar pendidikan adalah tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang akan dan direkomendasikan oleh UNESCO.
B. Jenis-jenis Pilar Pendidikan dan Implementasi dari Masing-masing Pilar

        Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) telah mencanangkan lima pilar pendidikan, yakni:
1.      Learning to Know
Learning to know atau belajar untuk mengetahui. Artinya belajar itu harus dapat memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada pengertian yang dalam. Secara implisit, learning to know bermakna belajar sepanjang hayat, yang berkeyakinan bahwa pendidikan berlangsung selama manusia hidup, didalam atau di luar sekolah dan tanpa mengenal batasan umur. Dengan demikian, kita mendorong bahwa tiap pribadi sebagai subjek yang bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri untuk menyadari bahwa :
a)      Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam kandungan hingga manusia meninggal.
b)      Belajar tidak mengenal batasan waktu, artinya tidak ada kata terlambat untuk belajar.
c)      Belajar adalah proses alamiah sebagai bagian integral/totalitas kehidupan.
Konsep ini menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu berperan sebagai informator, organisator, motivator, diretor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator bagi siswanya, sehingga peserta didik perlu dimotivasi agar timbul kebutuhan terhadap informasi, keterampilan hidup, dan sikap tertentuyang ingin dikuasainya. guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dantanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Di tangan gurulah tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya, sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini di masa yang akan datang.
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kemampuan belajar bagi siswanya, dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-mengajar. Guru bisa dikatakan unggul dan profesional bila mampu mengembangkan kompetensi individunya dan tidak banyak bergantung pada orang lain.
Prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan guru dalam pengelolaan pembelajaran, yaitu :
·         Sesuatu yang dipelajari siswa, maka siswa harus mempelajarinya
·         Setiap siswa yang belajar mekan belajar miliki kecepatan masing-masing
·         Siswa akan belajar banyak, apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan diberikan reinforcement.
·         Pengusaan penuh
·         Siswa yang diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar
·         Guru sebagai demonstrator, mediator, evaluator dan pembimbing.
2. Learning to Do
Learning to do (belajar untuk menerapkan). Artinya siswa memiliki keterampilan dan dapat melaksanakan proses pembelajaran yang memadai untuk memacu peningkatan  perkembangan intelektualnya. Beberapa hal yang mendukung penerapan learning to do dalam pembelajaran adalah:
a)      Pembelajaran berorientasi pada pendekatan konstruktivisme.
b)      Belajar merupakan proses yang aktif, dinamik, dan generatif .
Learning to do lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat mengadaptasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperolehnya tersebut dengan pekerjaan di masa depan. Seperti kemampuan melaksanakan pekerjaan tersebut, seperti controlling, monitoring, designing, organizing. Peserta didik diajarkan melakukan sesuatu dalam situasi konkrit yang tidak hanya terbatas pada pengusaan keterampilan yang mekanitis tetapi juga kemampuan terampil berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi suatu konflik. Melalui pilar ini, dimungkinkan mencetak generasi muda yang intelligent dalam bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar Learning to do dapat terealisasi. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sedangkan minat adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
3. Learning to be
Learning to be (belajar untuk menjadi). Artinya siswa dapat menghargai atau mempunyai apresiasi terhadap nilai-nilai dan keindahan akan produk dan proses pendidikan , yang ditunjukkan dengan sikap senang belajar, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, serta mempunyai motif berprestasi yang tinggi dan rasa percaya diri. Aspek-aspek di atas mendukung usaha siswa meningkatkan kecerdasan dan mengembangkan keterampilan intelektual dirinya secara berkelanjutan
Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.
4. Learning to live together
Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama). Artinya belajar  memahami  dan  menghargai  orang  lain,  sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya.
Learning to live together, pada dasarnya adalah mengajarkan, melatih dan membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik, menjauhi prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisihan dan konflik. Persaingan dalam misi ini harus dipandang sebagai upaya-upaya yang sehat untuk mencapai keberhasilan, bukan sebaliknya bahwapersaingan justru mengalahkan nilai-nilai kebersamaan bahkan pengehancuran terhadap orang lain atau pihak lain untuk kepentingan sendiri. Dengan demikian diharapkan kedamaian dan keharmonisan hidup benar-benar dapat diwujudkan.
Dalam proses pembelajaran, pengembangan kemampuan berkomunikasi yangbaik dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi sikap saling menghargai harus perlu secara terus menerus dikembangakan di dalam setiap even pembelajaran. Kebiasaan-kebiasaan untuk bersedia seringkali kurang mendapat perhatian oleh guru, karena dianggap sebagai halrutin yang berlangsung saja pada kegiatan sehari-hari. Padahal kemampuan ini tidak dapat berkembang dengan baik begitu saja, akan tetapi membutuhkan latihan-latihan yang terbimbing dari guru. Kebiasaan-kebiasaan saling menghargai yang dipraktikkan di ruang-ruang kelas dan dilakukan secara terus-menerus akan menjadi bekal bagi siswa untuk dapat dikembangakan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam kaitan ini adalah tugas pendidikan untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa hakekat manusia adalah beragam tetapi dalam keragaman tersebut terdapat persamaan.Itulah sebabnyalearning to livetogethermenjadipilar belajar yang penting untuk menanamkan jiwa perdamaian.
5. Learning to believe in God
Learning to believe in God (belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa). Satu pilar lagi yang sangat penting dalam proses pembelajaran dan sistem pendidikan adalah belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai bentuk rasa syukur dan aplikasi dari nilai keagamaan dari setiap peserta didik. Yang bertujuan untuk membentuk kepribadian dan karakter serta akhlak mulia.
Konsep pilar ini merupakan konsep yang digunakan dalam pembelajaran untuk mengajarkan pada siswa tentang keagamaan. Bagaimanapun konsep ini konsep yang sangat penting dan mendasar di dunia pendidikan sebagai pembentuk akhlak dan budi pekerti luhur.
C. Pengertian Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
      Salah satu cara untuk memperoleh gambaran yang lebih mantap tentang pendidikan, yaitu dengan mempergunakan pendekatan sistem. Pendekatan sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
      Pendidikan dipandang sebagai suatu sistem. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sistem adalah suatu totalitas yang terbentuk dari elemen-elemen yang mempunyai hubungan fungsional dalam mengubah masukan menjadi hasil yang diharapkan. Hubungan fungsional dari setiap elemen menyebabkan sistem berjalan serta bersifat adaptif terhadap lingkungan sesuai dengan arah yang jelas dan berkesinambungan yang disebut supra sistem.
      Jadi pendidikan sebagai suatu sistem adalah suatu keseluruhan kerja manusia yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga menjadi manusia berkualitas. Pendidikan merupakan karya bersama yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan mayarakat tertentu. Dengan demikian, pendidikan nasional suatu bangsa merupakan “sistem sosial” dan salah satu sektor dalam keseluruhan kehidupan bangsa.
      Sebagai sistem sosial, pendidikan merupakan sistem sosial terbuka, yakni senagai suatu sistem yang memperoleh masukan dari lingkungan dan memberikan hasil transformasinya kepada lingkungan. Ciri-ciri umum sistem terbuka yaitu:
1)      Mengambil energi (masukan) dari lingkungan.
2)      Mentransformasikan energi yang tersedia.
3)      Memberikan hasil kepada lingkungan.
4)      Sistem merupakan rangkaian peristiwa (kejadian) yang terus berlangsung.
5)      Untuk terus hidup, sistem harus bergerak melawan proses ntrophy (kehancuran).
6)      Masukan sistem tidak hanya hal-hal yang bersifat material, namun juga bersifat selektif dan balikannya merupakan balikan negatif.
7)      Dalam sistem, terdapat dalam statis dan keseimbangan intern (omeastatis) yang dinamis.
8)      Sistem akan bergerak maju untuk melakukan peranan-peranan yang makin berdiferensiasi.
9)      Sistem dapat mencapai keadaan akhir yang sama dengan kondisi awal yang berbeda dengan cara-cara pencapaian yang tidak sama.

                           


      Dari tabel di atas, dapat diketahui segala sesuatu yang masuk dalam sistem dan berperan dalam proses pendidikan disebut masukan pendidikan. Lingkungan hidup menjadi sumber pendidikan.
      P.H. Koombs dan W.J. Platt mengemukakan 3 macam masukan pendidikan, yaitu:
1)      Pengetahuan, nilai-nilai dan cita-cita yang terdapat dalam masyarakat.
2)      Sumber Daya Manusia (SDM) yang memenuhi persyaratan.
3)      Hasil produksi dan penghasilan.
Semua masukan dalam pendidikan kemudian disusun menurut pola tertentu, menjadi bagian-bagian atau elemen-elemen yang satu sama lain mempunyai hubungan fungsional di dalam mencapai sutu tujuan. Penyusunan semua masukan menurut pola tertentu tersebut menghasilkan sistem pendidikan. Bagian-bagian yang mempunyai fungsi tertentu mencapai tujuan sistem pendidikan disebut komponen atau faktor-faktor pendidikan. Berikut akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.
D. Komponen Pendidikan
      Beberapa komponen pendidikan yang perlu diketahui adalah sebagi berikut:
 1Tujuan Pendidikan
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan.
Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat (Syaifulah,1981).
Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia menjiwai tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia akan menjiwai tingkah laku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang ingin dicapai.
Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar mulai dari :
1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945)
.
2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional)
.
3) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah)
.
4) Tujuan
Kurikuler (pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajaran).
5) Tujuan
Instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.

Dengan demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.

2)      Peserta Didik
Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di atas.

Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981 mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan.
Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah ? Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak didik.

3)      Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Maka muncullah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidik adalah:
a). Orang dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah sebagai berikut :
·         manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap.
·         manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik.
·         manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri.
·         manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif.
·         manusia yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18 tahun.
·         manusia berbudi luhur dan berbadan sehat.
·         manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga.
·          manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.

b) Orang tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka. Secara umum dapat dikatakan bahwa semua orang tua adalah pendidik, namun tidak semua orang tua mampu melaksanakan pendidikan dengan baik. sehingga kemampuan untuk menjadi orang tua sama sekali tidak sejajar dengan kemampuan untuk mendidik.

c) Guru/pendidik
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara lagsung maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan.
Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
     
d) Pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan
Selain orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin masyarakat dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
4) Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan
Pendidikan berdasarkan kewibawaan dapat dicontohkan dalam peristiwa pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan pengajaran, diantara beberapa murid membuat suatu yang menyebabkan terganggunya jalan pengajaran. Kemudian guru tersebut memberikan peringatan atau menegur, maka beliau ini telah melaksanakan tindakan berdasarkan kewibawaan. Dengan demikian tindakan berdasarkan kewibawaan yaitu bersumber dari orang dewasa sebagai pendidik, untuk mencapai tujuan pendidikan (tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain) (Syaifullah, 1982).
Alat pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan oleh pendidik yang bertujuan untuk melaksanakan tugas mendidik Penggunaan alat pendidikan itu bukan hanya soal teknis, melainkan mempunyai sangkut paut yang erat sekali dengan pribadi yang menggunakan alat tersebut. Pendidik yang menggunakan alat itu hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan tujuan yang teerkandung dalam alat itu. Penggunaan dan pelaksanaan alat itu hendaknya betul-betul timbul atau terbit dari pribadi yang menggunakan alat itu (pendidik).
Adapun alat pendidikan itu seperti nasihat, teguran, hukuman, ganjaran, dan perintah.
Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik yaitu metode diktatoral metode liberal dan metode demokratis (Suwarno, 1981). Metode diktatoral bersumber dari teori empiris yang menyatakan bahwa perkembagan manusia semata-mata ditentukan oleh faktor diluar manusia, sehingga pendidikan bersifat maha kuasa. Sikap ini menimbulkan sikap diktator dan otoriter, pendidik yang menentukan segalanya.
Metode liberal bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar atau kodrat ada pada diri manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan anak. Biarkanlah anak berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas atau liberal.
 demokratis bersumber dari teori konvergensi yang mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar. Di dalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing perkembangan anak. Di sini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki Hadjar Dewantoro melahirkan asas pendidikan yang sesuai dengan metode demokratis, yaitu Tut Wuri Handayani, ing madyo mangun karsa, ing ngarsa asung tulada artinya pendidik itu kadang-kadang mengikuti dari belakang, kadang-kadang harus ditengah-tengah berdampingan dengan anak dan kadang-kadang harus didepan untuk memberi contoh atau tauladan.

5) Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan pendidikan jasmani.

6) Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan suatu tempat di mana suatu pendidikan dilaksanakan. Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis.





BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan    
      Pilar pendidikan adalah tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang akan dan direkomendasikan oleh UNESCO.
      Jenis-jenis pilar pedidikan yang dicanangkan oleh UNESCO adalah Learning to know (belajar untuk mengetahui), Learning to do (belajar untuk menerapkan), Learning to Be (belajar untuk menjadi), Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama) dan  Learning to believe in God (belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa).
Pendidikan sebagai suatu sistem adalah suatu keseluruhan kerja manusia yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga menjadi manusia berkualitas. 3 macam masukan pendidikan, yaitu: Pengetahuan, nilai-nilai dan cita-cita yang terdapat dalam masyarakat, Sumber Daya Manusia (SDM) yang memenuhi persyaratan dan hasil produksi dan penghasilan.
Beberapa komponen pendidikan alah tujuan, pendidik, peserta didik, materi, metode, media dan alat pendidikan, serta alat pendidikan.
B. Saran
      Dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, terutama pada ketersediaan sumber bahan bacaan atau referensi materi sulit ditemukan, yakni pada materi pilar pendidikan sehingga materi yang disampaikan juga sedikit, kurang banyak dan tidak lengkap, hanya garis besarnya saja yang mampu penulis tuliskan pada makalah ini. Oleh karena itu harapan penulis pada pemakalah dengan judul yang sama berikutnya mampu memenuhi kekurangan dan ketidaklengkapan tersebut dengan materi dari sumber yang relevan dan resmi. Sehingga makalah berikutnya akan memiliki kesempurnaan.





DAFTAR PUSTAKA
Syafril. Zen, Zalhendri. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang: Sukabina Press.
pengantarpendidikan.files.wordpress.com
Dwi Siswoyo, dkk. 2013. Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: Uny Press.

             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar