PILAR PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN
SEBAGAI SUATU SISTEM
MAKALAH
Dibuat
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu Pendidikan
Disusun Oleh:
1. Asy Syifa’
Gazhali
2. Jellyana
3. Septika R.A
4.
Novrialdi
5.
Novrizal Masri
UPT
MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada
Allah swt. yang
telah memberi rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Pilar Pendidikan dan Pendidikan
Sebagai Suatu Sistem”, guna untuk memenuhi tugas UPT Mata Kuliah Umum Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan. Sholawat salam dan doa penulis haturkan kepada nabi Muhammad
saw. kepada keluarga dan para sahabatnya sekalian.
Penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah ikut berperan dalam menyelesaikan makalah ini, terutama
kepada ibu ------ yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata penulis mengucapkan terimakasih.
Padang, Februari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan dan Manfaat......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Pengertian Pilar Pendidikan............................................................. 3
B. Jenis-jenis Pilar Pendidikan dan Implikasinya dalam pembelajaran. 3
C. Pengertian Pendidikan Sebagai Suatu
Sistem.................................. 8
D. Komponen Pendidikan..................................................................... 10
BAB III PENUTUP........................................................................................ 17
A. Kesimpulan...................................................................................... 17
B. Saran................................................................................................ 17
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 19
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
merupakan sutu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Pendidikan pada
hakikatnya merupakan usaha sadar manusia untuk memanusiakan manusia itu
sendiri, artinya pendidikan dimaksudkan untuk membudayakan manusia. Tujuan
pendidikan secara luas adalah untuk
meningkatkan kecerdasan, membentuk manusia yang berkualitas, terampil, mandiri,
inovatif, dan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Oleh karena itu,
pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan
sebagai makhluk individu, sosial dan beragama.
Dalam upaya
memajukan pendidikan yang ada saat ini, UNESCO mengemukakan empat pilar
pendidikan yang digunakan sebagai landasan dalam praktik pendidikan. Yakni learning to know, learning to do, learning
to be, leraning to live together dan
learnint to believe in God. Dimana dalam pelaksanaan keempat pilar ini guru
bertindak sebagai fasilitator dan membantu siswa untuk aktif dalam
pembelajaran.
Namun realitanya
dalam lapangan, guru justru berperan sebagai sumber dari segala bentuk
pembelajaran di dalam kelas. Guru menerangkan dan siswa hanya mendengarkan.
Jarang sekali bahkan tidak ada metode yang membuat proses pembelajaran
menjadikan siswa belajar aktif mandiri. Dan berdampak pada menurunya kualitas
pembelajaran dan sangat bertolak belakang dengan tujuan pendidikan indonesia
yakni menciptakan suasana pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan
yang akan membangkitkan minat siswa dalam belajar, sehingga dapat terwujud
manusia yang berkualitas. Terkait dengan hal tersebut penulis tertarik
mengambil judul Pilar Pendidikan dan
Pendidikan sebagai Suatu Sistem dan Pendidikan sebagai suatu sistem.
B.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1.
Apa
pengertian Pilar Pendidikan?
2.
Apa
saja jenis-jenis Pilar Pendidikan dan implikasi dari masing-masing pilar dalam
pendidikan?
3.
Apa
pengertian pendidikan sebagai suatu sistem?
4.
Apa
saja komponen pendidikan?
C.
Tujuan dan Manfaat
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk
menambah wawasan tentang pilar pendidikan, jenis-jenisnya dan pendidikan
sebagai suatu sistem bagi individu penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
2.
Untuk
mempermudah pembaca dalam memahami pilar pendidikan, pendidikan sebagai suatu
sistem dan bagaimana implikasinya dalam dunia pendidikan.
3.
Sebagai
acuan dalam pelaksanaan pembelajaran, memahami peserta didik, materi yang akan
diberikan, metode dan memahami linkungan pembelajaran.
4.
Sebagai
referensi tambahan dalam dunia pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pilar Pendidikan
Dalam kamus
umum pilar berarti tiang penyangga atau penguat. Sedangkan pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak didik yang bertujuan pada
pendewasaan anak it.
Jadi pilar pendidikan adalah tiang atau penunjang dari
suatu kegiatan usaha, pengaruh perlindungan dan bantuan yang akan di berikan
kepada anak didik untuk pendewasaannya.
M.J
Langelveld mengatakan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan dan batuan yang diberikan kepada anak didik yang bertujuan pada
pendewasaan anak itu sendiri.
Berdasarkan
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pilar pendidikan adalah tiang atau
penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
akan dan direkomendasikan oleh UNESCO.
B.
Jenis-jenis Pilar Pendidikan dan Implementasi dari Masing-masing Pilar
Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific
and Cultural Organization)
telah mencanangkan lima pilar pendidikan, yakni:
1.
Learning to Know
Learning to know atau belajar untuk mengetahui. Artinya belajar itu harus dapat memahami apa yang
dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada pengertian yang dalam. Secara implisit, learning to know bermakna
belajar sepanjang hayat, yang berkeyakinan bahwa pendidikan berlangsung selama
manusia hidup, didalam atau di
luar sekolah dan tanpa mengenal batasan umur. Dengan demikian, kita mendorong
bahwa tiap pribadi sebagai subjek yang bertanggung jawab atas pendidikannya
sendiri untuk menyadari bahwa :
a)
Proses dan waktu pendidikan berlangsung
seumur hidup sejak dalam kandungan hingga manusia meninggal.
b)
Belajar tidak mengenal batasan waktu,
artinya tidak ada kata terlambat untuk belajar.
c)
Belajar adalah proses alamiah sebagai
bagian integral/totalitas kehidupan.
Konsep ini menyiratkan makna bahwa pendidik
harus mampu berperan sebagai informator, organisator, motivator, diretor,
inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator bagi siswanya,
sehingga peserta didik perlu dimotivasi agar timbul kebutuhan terhadap informasi, keterampilan hidup, dan sikap
tertentuyang ingin dikuasainya. guru adalah orang yang
identik dengan pihak yang memiliki tugas dantanggung jawab membentuk karakter
generasi bangsa. Di tangan gurulah tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap dan
moralitasnya, sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini di
masa yang akan datang.
Guru memiliki peranan yang sangat
penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang
dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan
secara saksama dalam meningkatkan kemampuan belajar bagi siswanya, dan
memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam
pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar,
maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-mengajar.
Guru bisa dikatakan unggul dan profesional bila mampu mengembangkan kompetensi
individunya dan tidak banyak bergantung pada orang lain.
Prinsip-prinsip belajar yang harus
diperhatikan guru dalam pengelolaan pembelajaran, yaitu :
·
Sesuatu yang dipelajari siswa, maka
siswa harus mempelajarinya
·
Setiap siswa yang belajar mekan belajar
miliki kecepatan masing-masing
·
Siswa akan belajar banyak, apabila
setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan diberikan reinforcement.
·
Pengusaan penuh
·
Siswa yang diberi tanggung jawab, maka
ia akan lebih termotivasi untuk belajar
·
Guru sebagai demonstrator, mediator, evaluator dan pembimbing.
2. Learning to Do
Learning
to do (belajar untuk menerapkan). Artinya siswa memiliki keterampilan dan
dapat melaksanakan proses pembelajaran yang memadai untuk memacu
peningkatan perkembangan intelektualnya. Beberapa hal yang mendukung penerapan learning to do dalam pembelajaran adalah:
a)
Pembelajaran berorientasi pada pendekatan
konstruktivisme.
b)
Belajar merupakan proses yang aktif,
dinamik, dan generatif .
Learning
to do lebih ditekankan
pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk mempraktikkan segala sesuatu yang
telah dipelajarinya dan dapat mengadaptasikan pengetahuan-pengetahuan yang
telah diperolehnya tersebut dengan pekerjaan di masa depan. Seperti kemampuan melaksanakan pekerjaan tersebut, seperti controlling, monitoring, designing,
organizing. Peserta
didik diajarkan melakukan sesuatu dalam situasi konkrit yang tidak hanya
terbatas pada pengusaan keterampilan yang mekanitis tetapi juga kemampuan
terampil berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi
suatu konflik. Melalui pilar ini, dimungkinkan mencetak generasi muda yang
intelligent dalam bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar
hendaknya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang
dimiliki, serta bakat dan minatnya agar Learning to do dapat terealisasi. Secara umum, bakat
adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang. Sedangkan minat adalah kecendrungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
3. Learning to be
Learning to be (belajar untuk menjadi). Artinya siswa dapat menghargai atau
mempunyai apresiasi terhadap nilai-nilai dan keindahan akan produk dan proses
pendidikan , yang ditunjukkan dengan sikap senang belajar, bekerja keras, ulet,
sabar, disiplin, jujur, serta mempunyai motif berprestasi yang tinggi dan rasa
percaya diri. Aspek-aspek di atas mendukung usaha siswa meningkatkan kecerdasan
dan mengembangkan keterampilan intelektual dirinya secara berkelanjutan
Konsep learning
to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan
untuk melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan
merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan
pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning
to be). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap
kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah
yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya
merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.
4. Learning to live
together
Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama). Artinya belajar memahami
dan menghargai orang
lain, sejarah mereka dan
nilai-nilai agamanya.
Learning
to live together, pada dasarnya adalah mengajarkan,
melatih dan membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan
melalui komunikasi yang baik,
menjauhi prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan
menghindari terjadinya perselisihan dan konflik. Persaingan dalam misi ini
harus dipandang sebagai upaya-upaya yang sehat untuk mencapai keberhasilan,
bukan sebaliknya bahwapersaingan justru mengalahkan nilai-nilai kebersamaan
bahkan pengehancuran terhadap orang lain atau pihak lain untuk kepentingan
sendiri. Dengan demikian diharapkan kedamaian dan keharmonisan hidup
benar-benar dapat diwujudkan.
Dalam proses pembelajaran, pengembangan
kemampuan berkomunikasi yangbaik dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi
sikap saling menghargai harus perlu secara terus menerus dikembangakan di dalam
setiap even pembelajaran. Kebiasaan-kebiasaan untuk bersedia seringkali kurang
mendapat perhatian oleh guru, karena dianggap sebagai halrutin yang berlangsung
saja pada kegiatan sehari-hari. Padahal kemampuan ini tidak dapat berkembang
dengan baik begitu saja, akan tetapi membutuhkan
latihan-latihan yang terbimbing dari guru. Kebiasaan-kebiasaan saling
menghargai yang dipraktikkan di ruang-ruang kelas dan dilakukan secara
terus-menerus akan menjadi bekal bagi siswa untuk dapat dikembangakan secara
nyata dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam kaitan ini adalah tugas pendidikan
untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa hakekat manusia adalah beragam
tetapi dalam keragaman tersebut terdapat persamaan.Itulah sebabnyalearning to
livetogethermenjadipilar belajar yang penting untuk menanamkan jiwa perdamaian.
5. Learning
to believe in God
Learning
to believe in God (belajar untuk beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa). Satu
pilar lagi yang sangat penting dalam proses pembelajaran dan sistem pendidikan
adalah belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai
bentuk rasa syukur dan aplikasi dari nilai keagamaan dari setiap peserta didik.
Yang bertujuan untuk membentuk kepribadian dan karakter serta akhlak mulia.
Konsep pilar ini
merupakan konsep yang digunakan dalam pembelajaran untuk mengajarkan pada siswa
tentang keagamaan. Bagaimanapun konsep ini konsep yang sangat penting dan
mendasar di dunia pendidikan sebagai pembentuk akhlak dan budi pekerti luhur.
C.
Pengertian Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Salah satu
cara untuk memperoleh gambaran yang lebih mantap tentang pendidikan, yaitu
dengan mempergunakan pendekatan sistem. Pendekatan sistem dalam pendidikan
dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Pendidikan
dipandang sebagai suatu sistem. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sistem
adalah suatu totalitas yang terbentuk dari elemen-elemen yang mempunyai
hubungan fungsional dalam mengubah masukan menjadi hasil yang diharapkan.
Hubungan fungsional dari setiap elemen menyebabkan sistem berjalan serta
bersifat adaptif terhadap lingkungan sesuai dengan arah yang jelas dan
berkesinambungan yang disebut supra sistem.
Jadi
pendidikan sebagai suatu sistem adalah suatu keseluruhan kerja manusia yang
terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu
terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga
menjadi manusia berkualitas. Pendidikan merupakan karya bersama yang
berlangsung dalam keseluruhan kehidupan mayarakat tertentu. Dengan demikian,
pendidikan nasional suatu bangsa merupakan “sistem sosial” dan salah satu
sektor dalam keseluruhan kehidupan bangsa.
Sebagai sistem
sosial, pendidikan merupakan sistem sosial terbuka, yakni senagai suatu sistem
yang memperoleh masukan dari lingkungan dan memberikan hasil transformasinya
kepada lingkungan. Ciri-ciri umum sistem terbuka yaitu:
1)
Mengambil
energi (masukan) dari lingkungan.
2)
Mentransformasikan
energi yang tersedia.
3)
Memberikan
hasil kepada lingkungan.
4)
Sistem
merupakan rangkaian peristiwa (kejadian) yang terus berlangsung.
5)
Untuk
terus hidup, sistem harus bergerak melawan proses ntrophy (kehancuran).
6)
Masukan
sistem tidak hanya hal-hal yang bersifat material, namun juga bersifat selektif
dan balikannya merupakan balikan negatif.
7)
Dalam
sistem, terdapat dalam statis dan keseimbangan intern (omeastatis) yang
dinamis.
8)
Sistem
akan bergerak maju untuk melakukan peranan-peranan yang makin berdiferensiasi.
9)
Sistem
dapat mencapai keadaan akhir yang sama dengan kondisi awal yang berbeda dengan
cara-cara pencapaian yang tidak sama.
|
Dari tabel di
atas, dapat diketahui segala sesuatu yang masuk dalam sistem dan berperan dalam
proses pendidikan disebut masukan pendidikan. Lingkungan hidup menjadi sumber
pendidikan.
P.H. Koombs
dan W.J. Platt mengemukakan 3 macam masukan pendidikan, yaitu:
1)
Pengetahuan,
nilai-nilai dan cita-cita yang terdapat dalam masyarakat.
2)
Sumber
Daya Manusia (SDM) yang memenuhi persyaratan.
3)
Hasil
produksi dan penghasilan.
Semua masukan dalam
pendidikan kemudian disusun menurut pola tertentu, menjadi bagian-bagian atau
elemen-elemen yang satu sama lain mempunyai hubungan fungsional di dalam
mencapai sutu tujuan. Penyusunan semua masukan menurut pola tertentu tersebut
menghasilkan sistem pendidikan. Bagian-bagian yang mempunyai fungsi tertentu
mencapai tujuan sistem pendidikan disebut komponen atau faktor-faktor
pendidikan. Berikut akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.
D.
Komponen Pendidikan
Beberapa
komponen pendidikan yang perlu diketahui adalah sebagi berikut:
1. Tujuan Pendidikan
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar
tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang
bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan
pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai
ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan atau ukuran tingkah laku
perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan.
Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan
atau pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku
perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh
lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat (Syaifulah,1981).
Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia
menjiwai tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir
pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan
hidup yang menjiwai tingkah laku manusia akan menjiwai tingkah laku pendidikan
dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang ingin dicapai.
Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan
yang terjabar mulai dari :
1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945).
2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional).
3) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah).
4) Tujuan Kurikuler (pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajaran).
5) Tujuan Instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945).
2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional).
3) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah).
4) Tujuan Kurikuler (pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajaran).
5) Tujuan Instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
Dengan demikian tampak keterkaitan antara tujuan
instruksional yang dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada
Pancasila dan UUD 1945.
2) Peserta Didik
Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya
terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta
didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada
usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya
orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas maka pembahasan
peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di atas.
Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah
Amstrong 1981 mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus
dipertimbangkan.
Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah ? Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak didik.
Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah ? Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak didik.
3) Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Maka muncullah beberapa
individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga
sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan
masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik dilingkungan
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan
pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori
pendidik adalah:
a). Orang dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat
umum kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah
sebagai berikut :
·
manusia yang memiliki pandangan hidup
prinsip hidup yang pasti dan tetap.
·
manusia yang telah memiliki tujuan hidup
atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik.
·
manusia yang cakap mengambil keputusan
batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan
sendiri.
·
manusia yang telah cakap menjadi anggota
masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif.
·
manusia yang telah mencapai umur
kronologis paling rendah 18 tahun.
·
manusia berbudi luhur dan berbadan sehat.
·
manusia yang berani dan cakap hidup
berkeluarga.
·
manusia yang berkepribadian yang
utuh dan bulat.
b) Orang tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan
pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai
pedidik utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi
keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka. Secara umum dapat
dikatakan bahwa semua orang tua adalah pendidik, namun tidak semua orang tua
mampu melaksanakan pendidikan dengan baik. sehingga kemampuan untuk menjadi
orang tua sama sekali tidak sejajar dengan kemampuan untuk mendidik.
c) Guru/pendidik
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara lagsung
maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk
melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik dituntut
memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun persyaratan
jabatan.
Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai
dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional.
Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik
yang berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan maupun cara penyampainannya,
dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
d) Pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin
keagamaan
Selain orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin
masyarakat dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin
masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan
pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagamaan
sebagai pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat
kerohanian manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
4) Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat
interaksi antara komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara
pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik bertujuan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan pendidik
dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan kewibawaan,
tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan
Pendidikan berdasarkan kewibawaan dapat dicontohkan
dalam peristiwa pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan pengajaran,
diantara beberapa murid membuat suatu yang menyebabkan terganggunya jalan
pengajaran. Kemudian guru tersebut memberikan peringatan atau menegur, maka
beliau ini telah melaksanakan tindakan berdasarkan kewibawaan. Dengan demikian
tindakan berdasarkan kewibawaan yaitu bersumber dari orang dewasa sebagai
pendidik, untuk mencapai tujuan pendidikan (tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain)
(Syaifullah, 1982).
Alat pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang dilakukan ataupun diadakan oleh pendidik yang bertujuan untuk melaksanakan
tugas mendidik Penggunaan alat pendidikan itu bukan hanya soal teknis,
melainkan mempunyai sangkut paut yang erat sekali dengan pribadi yang
menggunakan alat tersebut. Pendidik yang menggunakan alat itu hendaknya dapat
menyesuaikan diri dengan tujuan yang teerkandung dalam alat itu. Penggunaan dan
pelaksanaan alat itu hendaknya betul-betul timbul atau terbit dari pribadi yang
menggunakan alat itu (pendidik).
Adapun alat pendidikan itu seperti nasihat, teguran, hukuman, ganjaran, dan perintah.
Adapun alat pendidikan itu seperti nasihat, teguran, hukuman, ganjaran, dan perintah.
Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau
bagaimana pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan
dalam mendidik yaitu metode diktatoral metode liberal dan metode demokratis
(Suwarno, 1981). Metode diktatoral bersumber dari teori empiris yang menyatakan
bahwa perkembagan manusia semata-mata ditentukan oleh faktor diluar manusia,
sehingga pendidikan bersifat maha kuasa. Sikap ini menimbulkan sikap diktator
dan otoriter, pendidik yang menentukan segalanya.
Metode liberal bersumber dari pendirian Naturalisme
yang berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan oleh
kekuatan dari dalam yang secara wajar atau kodrat ada pada diri manusia.
Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut
campur terhadap perkembangan anak. Biarkanlah anak berkembang sesuai dengan
kodratnya secara bebas atau liberal.
demokratis bersumber
dari teori konvergensi yang mengatakan bahwa perkembangan manusia itu
tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar. Di dalam perkembangan anak
kita tidak boleh bersifat menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing
perkembangan anak. Di sini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama
penting dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki Hadjar Dewantoro
melahirkan asas pendidikan yang sesuai dengan metode demokratis, yaitu Tut Wuri
Handayani, ing madyo mangun karsa, ing ngarsa asung tulada artinya pendidik itu
kadang-kadang mengikuti dari belakang, kadang-kadang harus ditengah-tengah
berdampingan dengan anak dan kadang-kadang harus didepan untuk memberi contoh
atau tauladan.
5) Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan
pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta
didik isi/bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan
kegiatan pembelajaran yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal.
Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan
moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan intelektual,
pendidikan keterampilan dan pendidikan jasmani.
6) Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan suatu
tempat di mana suatu pendidikan dilaksanakan. Lingkungan pendidikan meliputi
segala segi kehidupan atau kebudayaan. Lingkungan pendidikan dapat
dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural
ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis,
lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pilar pendidikan adalah tiang atau
penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
akan dan direkomendasikan oleh UNESCO.
Jenis-jenis
pilar pedidikan yang dicanangkan oleh UNESCO adalah Learning to know (belajar untuk mengetahui), Learning to do (belajar untuk menerapkan), Learning to Be (belajar untuk menjadi), Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama)
dan Learning
to believe in God (belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Ynag
Maha Esa).
Pendidikan sebagai
suatu sistem adalah suatu keseluruhan kerja manusia yang terbentuk dari
bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya
proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga menjadi
manusia berkualitas. 3 macam masukan pendidikan, yaitu: Pengetahuan,
nilai-nilai dan cita-cita yang terdapat dalam masyarakat, Sumber Daya Manusia
(SDM) yang memenuhi persyaratan dan hasil produksi dan penghasilan.
Beberapa komponen
pendidikan alah tujuan, pendidik, peserta didik, materi, metode, media dan alat
pendidikan, serta alat pendidikan.
B. Saran
Dalam
penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, terutama pada ketersediaan
sumber bahan bacaan atau referensi materi sulit ditemukan, yakni pada materi
pilar pendidikan sehingga materi yang disampaikan juga sedikit, kurang banyak
dan tidak lengkap, hanya garis besarnya saja yang mampu penulis tuliskan pada
makalah ini. Oleh karena itu harapan penulis pada pemakalah dengan judul yang
sama berikutnya mampu memenuhi kekurangan dan ketidaklengkapan tersebut dengan
materi dari sumber yang relevan dan resmi. Sehingga makalah berikutnya akan
memiliki kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Syafril. Zen, Zalhendri. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang: Sukabina Press.
pengantarpendidikan.files.wordpress.com
Dwi Siswoyo, dkk. 2013. Ilmu
Pendidikan.Yogyakarta: Uny Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar