Rabu, 24 Mei 2017

Teknik dan Proses Supervisi Pendidikan

ADMINISTRASI DAN SUPERVISIS PENDIDIKAN
MAKALAH
PROSES DAN TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN








UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017

KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Proses dan Teknik Supervisi Pendidikan”guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Administrasi dan Supervisi Pendidikan pada semester empat ini. Selanjutnya solawat salam dan do’a penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw. Keluarga dan sahabatnya sekalian.
            Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyelesaikan laporan ini, terutama kepada orang tua penulis yang telah memberikan sumbangan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Drs. Syahril, M.pd. yang telah membantu mengarahkan dan membimbing penulis dalam membuat laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.


                                                                                                Padang, Mei 2017


                                                                                                            Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Penulisan
D.    Manfaat Penulisan
BAB III PEMBAHASAN
A.    Proses Supervisi Pendidikan
B.     Teknik Supervisi Pendidikan
BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan.
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
       Istilah supervisi pendidikan sudah cukup lama dikenal dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pengertian supervisi pendidikan pada umumnya mengacu kepada usaha perbaikan situasi belajar mengajar. Akan tetapi nampaknya masih terdapat banyak keragaman pendapat dalam menafsirkan istilah tersebut. Dan hal ini akan membawa implikasi yang berbeda pula dalam pelaksanaannya.
       Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan untuk memiliki serta memahi bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa yang tertuang dalam permen tentang kepengawasan. Hal ini salah satunya tentang kompetensi dalam memahami proses dan teknik dalam supervisi.
            Proses supervisi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam supervisi pendidikan. Proses ini penting dalam melihat sejauh mana keberhasilan suatu tujuan dalam proses belajar mengajar. Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru-guru dalam mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan serta masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
       Proses dan teknik supervisi pendidikan perlu dan penting untuk dipelajari dan diterapkan secara baik dan benar dalam suatu lembaga pendidikan. Karen akedua hal ini juga nentinya akan menyangkut tentang kualitas sekolah.
       Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis mengambil judul “Proses dan Teknik Supervisi Pendidikan”.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Bagaimana Proses Supervisi Pendidikan?
2.      Bagaimana Teknik Supervisi Pendidikan?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk memaparkan proses supervisi pendidikan.
2.      Untuk menjelaskan teknik supervisi pendidikan.

D.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1.      Menggugah rasa keingintahuan penulis khusunya dan pembaca pada umumnya mengenai proses dan teknik supervisi pendidikan.
2.      Sebagai salah satu acuan dalam pelaksananan proses dan teknik dalam supervisi pendidikan di sekolah.
3.      Menambah referensi mengenai proses dan teknik supervisi pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Proses Supervisi Pendidikan
Dalam Gunawan.2002 pelaksanaan atau proses supervisi pendidikan terlibat adanya berbaga ragam/corak seperti:
1.      Supervisi yang Preventif
Dalam proses supervisinya, supervisor senantiasa berusaha mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dengan berusaha memberikan nasihat-nasihat dan saran-saran untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta kesulitan-kesulitan/gangguan yang mungkin terjadi.
2.      Supervisi yang Korektif
Dalam proses supervisinya,supervisor lebih bersifat mencari kesalahan-kesalahan bawahannya,baik kesalahan-kesalahan prinsipil,teknis,maupun dalam melaksanakan intntruksi-intruksi /ketentuan-ketentuan yang telah diberian oleh pihak supervisor.
3.      Supervisi yang Konstruktif
Dalam proses supervisinya,supervisor senantiasa berusaha membangkitkan semagat membangun,mengembangkan potensi bawahannya demi  peningkatan prestasi dan produktifitas kerja.Kecam-bina atau kritik yang bersifat membangun adalah ciri dari proses supervisi ini.Dalam kependidikan supervisi samacam ini,cenderung mengikuti asa “Tut wuri handayani”.
4.      Suervisi yang Kreatif
Dalam proses supervisinya,supervisor senantiasa memperhatikan  pada inisiatif,daya cipta,penelitian,kepemimpinan dan hasil-hasil penemuan bawahannya dengan memberikan penghargaan,piagam atau predikat-predikat keteladanan.
5.      Supervisi yang Koorperatif
Dalam pelaksanaan supervisinya,supervisor selalu mengutamakan kerjasama, partisipasi, musyawarah, toleransi dengan bawahannya demi kemajuan dan pengembangan pendidikan. Kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi selalu mengikutsertakan bawahannya seluas-luasnya. Keberanian mengkritik dan siap dikritik secara sportif dan konstruktif merupakan kebiasan/budaya yang mendarah daging antara supervisor dngan orang yang disupervisi.

B.     Teknik Supervisi Pendidikan
Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru-guru dalam mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan serta masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan (Direktori. 2008).
Dalam Direktori.2008 supervisi dikenal dengan dua teknik besar, yakni teknik individual dan teknik kelompok. Berikut akan dijelaskan mengenai kedua teknik trsebut.
1.      Teknik Individual
Bila masalah yang dihadapi adalah masalah yang bersifat pribadi apalagi khusuh atau “secret”, maka teknik yang digunakan sebaiknya adalah teknik individual/perorangan, dengan pertemuan “empat mata” dan dijamin kerahasiaannya, misalnya kasus evaluasi guru/pegawai dengan DP3, kasus konflik guru dengan guru/pegawai/murid dan sebagainya (Gunawan.2002).  
Dalam Direktori.2008 Teknik Individual antara lain:
a.       Kunjungan Dan Observasi Kelas
Observasi Kelas hendaknya dilakukan dengan memakai instrumen yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak dengan sebelumnya melakukan pertemuan pribadi atau paling tidak diberitahukan terlebih dahulu kisi-kisi yang akan diujikan di lapangan oleh supervisor.
Sisi lain yang juga harus dikembangkan dalam kunjungan kelas atau observasi adalah menghilangkan adanya kesan atasan dan bawahan, sebab kesan ini akan menimbulkan kesan negatif baik bagi yang melaksanakan observasi ataupun yang diobservasi itu sendiri, akan tetapi hubungan yang harus dikembangkan adalah atas dasar kerjasama dan profesionalisme antara guru, kepala sekolah dan supevisor itu sendiri.
b.      Individual Conference
Dalam Individual Converence atau Pertemuan Indivisu dilaksanakan setelah observasi dilakukan, sehingga terjalin hubungan akrab. Tujuannya menganalisa kesulitankesulitan belajar baik yang ditimbulkan oleh guru maupun oleh komponen yang lain. Sedangkan analisinya adalah hendaknya dilakukan oleh supervisor yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi.
c.       Kunjungan Antar Guru-Guru
Dengan prinsip dasar pertukaran pengalaman yang dilaksanakan oleh forum guru. Tujuannya adalah meningkatkan sikap, keterampilan serta pengetahuan. Sedangkan analisinya adalah menumbuhkan prinsif pengajaran yang menyenangkan oleh berbagai pihak.
d.      Evaluasi Diri
Dengan prinsip menumbuhkan dan mengembangkan potensi diri secara akurat. Tujuannya adalah menumbuhkan dan membangkitkan keberanian diri pada guru. Sedangkan analisisnya adalah kesulitan yang dihadapi akan kembali pada sejauhmana masing-masing individu memiliki kesadaran diri.
e.       Supervisory Buletin
Dengan prinsip pemusatan hasil belajar berdasarkan secara menyeluruh. Tujuannya adalah menciptakan komunikasi internal dan bersifat pengembangan staf. Sedangkan analisisnya adalah pengoptimalisasian media cetak bagi pendidikan.
f.       Profesional Reading
Profesional Reading atau Bacaan Provesional memiliki prinsip memperkaya pengalaman individual. Tujuannya adalah penggalian potensi diri secara akurat. Sedangkan analisisnya adalah ketersediaan sarana sekolah menjadi penghambat utama.
g.      Profesional Writing
Profesional Writing atau Menulis Profesional memiliki prinsip mengoptimalkan potensi diri melalui tulisan ilmiah. Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian profesional. Sedangkan analisinya adalah kurangnya percaya diri dalam menulis yang dirasakan oleh banyak kalangan, serta media yang kurang mendukung.

2.      Teknik Kelompok
Bila supervisor memperhitungkan bahwa masalah yuang dihadapi bawahannya adalah sejenis, maka peneyelesainnya dapat dilakukan dengan teknik kelompok, seperti rapat kerja sekolah, lokakarya, penataran, seminar, diskusi, dan sebagainya. Misalnya dalam hal pembuatan satuan pelajar/PPSI, Peningkatan mutu pendidikan, menghadapi/menangkal kenakalan remaja, perkelahian antara siswa, dan sebagainya (Gunawan 2002).

Teknik Kelompok dalam Direktori.2008 antara lain:
a.       Rapat Staf Sekolah
Prinsip dasar rapat staf sekolah adalah merencanaka n bersamasama visi, misi, orientasi dan strategi sekolah. Tujuannya adalah memperbaiki kualitas personil staf dan program sekolah.
b.      Orientasi Guru Baru
Prinsip dasarnya adalah memperkenal kan dan memperkaya pengalaman dengan jalan bertukar pengalaman. Tujuannya adalah mendapatkan informasi bagi guru baru tentang sekolah terkait.
c.       Curriculum Laboratory
Prisipnya adalah membantu pengembanga n kurikulum bagi pi-hak terkait, terutama guru. Tujuannya adalah membantu guru dan personil sekolah dalam mengembangkan dan memperbaiki kurikulum.
d.      Panitia
Prinsipnya adalah memecahkan masalahmasalah khusus dalam tugas kepanitiaan sekolah. Tujuannya adalah mendorong keberanian dan menciptakan kesempatan bagi individu dalam pengalaman profesional.
e.       Perpustakaan Profesional
Prinsipnya memberikan bantuan dalam peningkatan kompetensi profesional. Tujuannya adalah memotivasi peningkatan pengetahuan.
f.       Demonstrasi Mengajar
Prinsipnya adalah peningkatan didaktik dan Metodik Guru. Tujuannya adalah membantu mengembangkan pengajaran yang efektif.
g.      Lokakarya
Prinsipnya adalah menghidupkan kerjasama yang memadai. Tujuannya adalah pemecahan masalah dan situasi sehari-hari.
h.      Field Trips For Staff Personnels
Prinsipnya adalah memberikan kesempatan pada pengembangan staf. Tujuannya adalah memahami teknik supervisi yang ditentukan oleh kebutuhan staf.
i.        Pannel Or Forum Discussion
Pannel Or Forum Discussion atau Diskusi Panel memiliki prinsip memperkaya ide dan gagasan dalam pemecahan masalah. Tujuannya adalah menumbuhkan sikap, pengetahuan dan keterampilan.
j.        In Service Training
Prinsipnya adalah mengacu pada azas pendidikan seumur hidup. Tujuannya adalah pemenuhan kebutuhan tenaga profesional.
k.      Organisasi Profesional
Memiliki prinsip keanggotaan dalam profesi menjadi kebutuhan tersendiri. Dengan tujuan peningkatan tanggung jawab dan kesadaran.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pelaksanaan atau proses supervisi pendidikan terlibat adanya berbaga ragam/corak seperti:
1.      Supervisi yang Preventif
2.      Supervisi yang Korektif
3.      Supervisi yang Konstruktif
4.      Supervisi yang Kreatif
5.      Supervisi yang Koorperatif
Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru-guru dalam mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan serta masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. Sedangkan dalam teknik suoervisi terdapat teknik individu dan kelompok.
B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, terutama sumber dan penataan bahasa. Untuk itu penulis menyarankan kepada penulis makalah dengan judul yang sama agar memenuhi kekurangan dalam makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Ary H. 2002. Administrasi Sekolah. Jakarta. Rineka Cipta


Selasa, 29 November 2016

Makalah Fungsi Bimbingan Konseling

FUNGSI BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling



Disusun Oleh Kelompok 4
1.      Rani Rantika (14058009)
2.      Hamidatul Isra (14086109)
3.      Chaerul Amin (14086278)
4.      Nurhayati (15045053)
5.      Jellyana (15045073)
6.      Miftahul Jannah (15058089)

Dosen Mata Kuliah

UPT MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2016


KATA PENGANTAR
            Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunianya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Fungsi Bimbingan Konseling” guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling.
            Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam membantu penyusun menyelesaikan makalah ini, khususnya bapak Drs. Asmidir Ilyas, M.pd, Kons. selaku dosen pembimbing mata kuliah Bimbingan Konseling yang telah membimbing dan mengarahkan penyusun dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa isi makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran penyusun harapkan kepada pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih.


                                                                        Padang, Sepetember 2016

                                                                                    Penyusun






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
            A. Latar Belakang........................................................................................1
            B. Rumusan Masalah....................................................................................1
            C. Tujuan Penulisan.....................................................................................1
            D. Manfaat Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
            A. Fungsi Pemahaman..................................................................................3
            B. Fungsi Pencegahan..................................................................................6
            C. Fungsi Pengentasan...............................................................................10
            D. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan.............................................11
            E. Fungsi Advokasi....................................................................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
            A. Kesimpulan............................................................................................14
            B. Saran......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
             

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan dua kata yang erat hubungannya, bahkan sering diartikan menjadi bimbingan saja. Karena konseling sebenarnya merupakan salah satu teknik dari bimbingan.
Dengan uraian tentang fungsi,diketahuilah kegunaan ataupun manfaat dan kegunaan- kegunaan yang dapat diperoleh melalui diselenggarakannya pelayanan bimbingan dan konseling itu. Dalam makalah ini ada lima fungsi bimbingan dan konseling yang dibahas, yaitu:
1.      Fungsi pemahaman
2.      Fungsi pencegahan
3.      Fungsi pengentasan
4.      Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
5.      Fungsi Advokasi
Prinsip–prinsip bimbingan dan konseling merupakan pedoman dasar penyelenggaraan oleh konselor, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Konselor terikat untuk menjalankan fungsi–fungsi yang diembannya itu berdasarkan prinsip–prinsip yang ada.

B. Rumusan Masalah
        Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Apa fungsi pemahaman dalam BK?
2.      Apa fungsi pencegahan dalam BK?
3.      Apa fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam BK?
4.      Apa fungsi advokasi dalam BK?
C. Tujuan Penulisan
        Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk menguraikan fungsi pemahaman dalam BK.
2.      Untuk menguraikan fungsi pencegahan dalam BK.
3.      Untuk menguraikan fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam BK.
4.      Untuk menguraikan fungsi advokasi dalam BK.
D. Manfaat Penulisan
1.      Menggugah rasa keingintahuan penulis khususnya, masyarakat umumnya tentang fungsi BK.
2.      Menambah wawasan ataupun referensi tentang fungsi BK.
3.      Menjadi acuan bagi pembaca dalam praktik pembelajaran.
4.      Menambah referensi tentang materi fungsi BK.













BAB II
PEMBAHASAN
            Dalam kelangsungan hidup manusia, berbagai pelayanan diciptakan yang berguna untuk memberi manfaat dan bagi keberangsungan hidup, termasuk dalam bidang pendidikan, yakni dalam bimbingan di sekolah. Kegunaan atau manfat yang diperoleh dari adanya suatu pelayan merupakan hasil terlaksananya suatu fungsi pelayanan. Dengan demikian, fungsi pelayann dapat diketahui dengan melihat keguanan ataupun manfaat yang dapat diberikan oleh pelayanan di bidang BK itu sendiri di sekolah. Suatu pelayann dapat diktakan tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunaan ataupun manfaat bagi keuntungan tertentu.
            Fungsi bimbingan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi itu yakni fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan serta fungsi advokasi. Penjelasan masing-masing fungsi itu akan dibahas dalam bab II ini, yakni sebagai berikut :
A. Fungsi Pemahaman
            Fungsi pemahaman yang difokuskan disini adalah fungsi pemahanan tentang dua hal, yakni fokus utama pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu klien dengan berbagai permasalahannya dan tujuan-tujuan konseling. Berkenaan dengan dua hal tersebut, pemahaman yang perlu dicptakan oleh pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien atau peserta didik sendiri dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien atau peserta didik , serta pemahaman tentang lingkungan klien atau peserta didik oleh klien atau peserta didik itu sendiri. Berikut penjelasannya.
1.      Pemahaman tentang klien atau peserta didik
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor memberikan bantuannya kepada klien, maka mereka perlu terlebih dahulu memahami individu yang akan di bantu itu. Bukan hanya sekedar mengenal, namun harus memahami pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi klien, kekuatan dank kelemahannya, serta kondisi lingkungannya. Materi pemahaman itu lebih lanjut dalam bidang pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam berbagai data tentang :
a.       Identitas individu/peserta didik. Yakni nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, orang tua, status dalam keluarga dan tempat tiggal.
b.      Pendidikan.
c.       Status sosial-ekonomi.
d.      Kemampuan dosen (intelegensi), bakat, minat dan hobi.
e.       Kesehatan.
f.       Kecenderungan sikap dan kebiasaan.
g.      Cita-cita pendidikan dan pekerjaan.
h.      Keadaan lingkungan tempat tinggal.
i.        Kedudukan atau prestasi yang pernah dicapai.
j.        Jurusan/program studi yang diikuti.
k.      Mata pelajaran yang diambil, nilai-nilai yang diperoleh.
l.        Kegiatan ekstrakulikuler.
m.    Sikap dan kebiasaan belajar.
n.      Hubungan dengan teman sebaya.
Daftar tersebut dapat diperinci lebih jauh sampai dengan peristiwa-peristiwa khusus yang pernah dialami. Perluasan, spesifikasi atau rincian materi pemahaman itu dikembangkan sesuai dengan tujuan pemahaman terhadap klien/peserta didik itu sendiri (Prayitno. 2015 : 197-198).
Pemahaman yang dimaksudkan bukan hanya pemahaman konselor atau guru terhadap diri klien atau peserta didik saja, namun pemahaman klien terhadap dirinya sendiri terutama, pemahaman orang sekitar peserta didik seperti orang tua terhadap diri peserta didik juga, karena orangtua akan lebih memungkinkan untuk memeberikan perhatian, pelayanan, perlakuan dan kemudahan-kemudahan yang lebih besar bagi perkembangan anak secara lebih terarah sesuai dengan kondisi anak tersebut. Dalam pengajaran, guru perlu memahami peserta didiknya lebih mendalam demi keberhasilan pembelajarannya. Salah satunya dengan cara menyesuaikan materi dan metode pengajarannya terhadap kondisi dan situasi kelas saat itu agar para peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dnegan lebih efektif dan efisien, sehingga keberhasilan pembelajaran dapat tercapai. Fungsi pemahaman penting dipelajari oleh para guru dalam praktik pembelajaran, agar tidak terjadi kesalahan dalam pengajaran dan praktik pendidikan dan bimbingan dalam belajar.
2.      Pemahaman tentang masalah klien atau peserta didik
Pemahaman terhadap masalah klien atau peserta didik terutama menyangkut jenis masalahnya,  intensitanya, sangkut-pautnya, sebabnya dan kemungkinan perkembangannya. Klien atau peserta didik amat perlu memahami masalah yang dialaminya, sebab dengan dapat memahami masalahnya itu ia memiliki dasar bagi upaya yang akan ditempuhnya untuk mengatasi masalah tersebut. Pemahaman masalah oleh individu sendiri adalah modal dasar bagi pemecahan masalah tersebut. Banyak individu atau peserta didik tidak memahami bahwa dirinya tersebut sedang bermasalah. Mereka menganggap masalahnya itu hanyalah ”ringan saja” atau “tidak berbahaya’, mereka mendiamkan saja maslahanya tersebut. Pada suatu ketika nanti, masalah-masalah yang tidak ditanggulangi secara dini itu akan muncul dalam bentuk ketidakimbangan atau kesuliatn lebih berlarut dengan kemungkinan resiko kerugian yang lebih besar lagi (Prayitno. 2015 : 198-200).
Bagi pesera didik yang masih banyak dipengaruhi oleh orang tua dan guru pemahaman masalah juga diperlukan oleh orangtua atau guru yang bersangkutan (Prayitno. 2015 : 200). Dalam dunia pendidikan contohnya, peserta didik yang tidak memahami dirinya yang bermasalah dan mengabaikannya, ia akan terhambat dalam proses belajarnya, karena suatu saat, masalah itu akan mengganggu fikirannya dan menyebabkan dirinya tidak fokus saat pembelajaran berlangsung. Untuk itu, guru dan orangtua memiliki tugas penting untuk memahami adanya permasalahan yang tengah dihadapi oleh peserta didik.
3. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas
Lingkungan dapat diartikan sebagai kondisi disekitar kita yang secara langsung mempengaruhi individu tersebut. Salah satu lingkungan luas adalah berbagai informasi yang diperlukan oleh individu (Prayitno. 2015 : 201). Seperti bagi siswa perlu diberi informasi dan kesempatan mengetahui tentang pendidikan yang dijalannya dan juga pendidikan yang akan dijalaninya selanjutya.
Para siswa perlu memahami lingkungan sekolahnya dengan baik, baik lingkungan fisik, berbagai hak dan tanggungjawab siswa terhadap sekolah, peraturan yang harus dipatuhi, baik menyangkut kurikulum, pengajaran, penilaian, kenaikan kelas, hubungan guru dengan siswa, kesempatan-kesempatan yang diberikan sekolah dan lain sebagainya (Prayitno. 2015 : 201). Jadi pemahaman ini tidak sekedar memahami diri atau permasalahan yang dialami oleh peserta didik atau klien tersebut, namun unsur lingkungannya juga difahami.
B. Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan adalah  fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada klien tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para klien dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex) (Syafruddin. 2011).
Berkenaan dengan pencegahan, George Albee (dalam Prayitno, 2015) mengemukakan rumus sebagai berikut:
KM =   
Keterangan:
KM = Kondisi bermasalah
O = Faktor organik
S = Stress
1 = Kemampuan memecahkan masalah
2 = Penialaian positif terhadap diri sendiri (self-estem)
3 = Dukungan kelompok 
            Secara verbal rumus ini mengungkapkan bahwa makin kuat gabungan kondisi faktor organik dan stres akan meningkatkan kondisi bermasalah pada diri individu, apabila faktr kemampuan memecahkan masalah, self-esteem dan dukungan kelompok konstan (tetap). Sebaliknya, kondisi bermasalah pada diri klien akan berkurang apabila gabungan kondisi faktor organik (dapat berupa lingkungan yang kurang menunjang atau unsur-unsur jasmaniah dalam diri individu) dan stres (kondisi yang ada pada diri individu) tetap. Sedangkan kemampuan memecahkan masalah (kondisi yang ada pada diri individu), self-esteem dan dukungan kelompok (unsur dari luar) bertambah. Aplikasi rumus tersebut terhadap uapaya pencegahan adalah bahwa:
1.      Mencegah adalah menghindari timbulnya/meningkatnya kondisi bermasalah pada diri klien.
2.      Mencegah adalah mempunyai dan menurunkan faktor organik dan stres.
3.      Mencegah adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, penilaian positif terhadap diri sendiri dan dukungan kelompok (Prayitno. 2015:203-204).
Untuk mengurangi atau menghindari keadaan bermasalah pada diri individu, keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan perlu diperbaiki, keadaan faktor organik individu yang kurang menunjang (misalnya kesehatan terganggu) perlu dipulihkan, keadaan stres perlu dikurangi atau bahkan dihilangkan, kemampuan pemecahan masalah dan self-esteem perlu ditingkatkan dan dukungan kelompok perlu digalang serta ditingkatkan (Prayitno. 2015:204).
Upaya pencegahan perlu dilakukan oleh konselor, orangtua maupun guru di lingkungan sekolah. Upaya-upaya ini seperti:
1.      Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif terhadap individu yang bersangkutan.
2.      Mendorong perbaiakn kondisi diri pribadi terhadap klien.
3.      Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan memperngaruhi perkembangan individu dan perkembanganya.
4.      Mendorong individu untuk tidak melakuakan sesuatu yang akan memberikan resiko yang besar dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
5.      Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan (Prayitno. 2015:206).
Secara operasional, konselor atau guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut dalam menganalisis dan melaksanakan program pencegahan. Secara garis besar, program-program ini antara lain:
1.      Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul.
Misalnya para siswa yang kurang disiplin, tida belajar secara penuh, gagal menjawab soal ujian, pertengkaran antarklik, antar kelas, antar sekolah, kurang menghargai guru, siswa terlibat narkotika,siswa tidak menyukai pelajaran keterampilan dn lain sebagainya.
2.      Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab timbulnya masalah-masalah.
Dalam hal ini, kajian teoritik dan studi lapangan perlu dilakukan.
3.      Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalah tersebut.
Misalnya kepala sekolah, guru, wali kelas, orangtua, badan atau lembaga tertentu (sesuai dengan permaalahannya). Sangkut-paut pihak-pihak tersebut dengan permasalahan yang dimaksudkan perlu dikaji secara objektif.
4.      Menyusun rencana program pencegahan.
Rencana ini disusun berdasarkan:
a.       Spesifikasi permasalahan yang hendak dicegah timbulnya.
b.      Hasil kajian teoritik dan studi lapangan.
c.       Peranan pihak-pihak terkait.
d.      Faktir-faktor operasional dan pendukung, seperti waktu, tempat, biaya dan perlengkapan kerja.
5.      Pelaksanaan monitoring.
Pelaksanaan program sesuai dengan rencana dengan kemungkinan modifikasi yang tidak mengganggu pencapaian tujuan dengan persetujuan pihak-pihak yang terkait.
6.      Evaluasi dan laporan.
Evaluasi dilakukan secara cermat dan objektif. Laporannya diberikan kepada pihak-pihak terkait untuk dipeergunakan sebagai masukan bagi program sejenis lebih lanjut (Prayitno. 2015:208-209).
            Kegiatan diatas merupakan kegiatan “resmi” yang biasanya dilakukan oleh lembaga tertentu. Pecegahan yang lebih sederhana dan bersifat “tidak resmi” dapat direncanakan alangsung dengna klien yang bersangkutan dan langsung diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan konseling terhadap lien atau peserta didik tersebut. Dalam hal ini, pemahman terhadap klien/peserta didik, permasalahannya, serta unsur-unsur pemahaman terhadap bimbingan yang lebih luas menjadi dasar dan sesama bagi kegiatan pencegahan yang ingin dicapai (Prayitno. 2015: 209).
C. Fungsi Pengentasan
Fungsi pengentasan/penyembuhan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada klien yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah teori konseling, dan remedial teaching. Proses penyembuhan dalam hal bimbingan dan konseling adalah sama halnya dengan penyembuhan dokter. (Syafruddin. 2011).
Proses pengentasan penyakit melalui pelayanan dokter menekankan pada penggunaan obat-obat yang menurut keyakinan dokter cukup manjur. Obat-obat itu merupakan unsur-unsur fisik dari luar pasien. Sedangkan pengentasan masalah melalui pelayanan konselor tidak menggunakan unsur-unsur fisik dari luar klien melainkan dari kekuatan-kekuatan dalam diri klien (Lestari,Duwi. 2015).
1.      Langkah-langkah pengentasan masalah
      Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan,  sebab setiap masalah individu adalah unik. Dengan demikian penanganannya pun harus unik disesuaikan terhadap kondisi masing-masing masalah.
2.   Pengentasan masalah berdasarkan diagnosis
      Istilah medis “Diagnosis” berarti proses penentuan jenis penyakit dengan meneliti gejala-gejalanya. Pengertian diagnosis menurut Bordin dikenal sebagai “diagnosis pengklasifikasian”. Dalam upaya diagnosis itu masalah-masalah diklasifikasi, dilihat sebab-sebabnya, dan dilihat cara pengentasannya.
            Pengklasifikasian masalah diatas itu dirasakan sulit, karena unsur-unsur masalah yang satu saling terkait satu sama lain, dan lebih penting lagi setiap masalah klien adalah unik. Pengklasifikasian masalah cenderung menyamaratakan masalah klien yang satu dengan yang lainnya. Perkembangan lebih lanjut model diagnosis yang dapat diterima dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah model diagnosis pemahaman, yaitu yang mengupayakan pemahaman terhadap seluk beluk masalah klien, termasuk di dalamnya perkembangan dan sebab-sebab timbulnya masalah. Ada tiga dimensi diagnosis, yaitu :
1.  Diagnosis mental/psikologis
            Mengarah kepada pemahaman kondisi mental/psikologis klien, seperti: kemampuan-kemampuan dasarnya, bakat dan kecenderungan minat-minatnya, keinginan dan harapan-harapannyasikap dan kebiasaan, tempramen dan kematangan emosionalnya
2.  Diagnosis sosio-emosianal
            Mengacu pada hubungan klien dengan orang-orang yang amat besar pengaruhnya terhadap klien, seperti: orag tua, guru, teman sebaya, suami/istri, mertua, pejabat yang menjadi atasan langsung, suasana hubungan antar klien dengan orang-orang ”penting” itu, serta dengan lingkungan sosial pada umumnya.
3.  Diagnosi instrumental
            Berkenaan dengan kondisi/prasyarat yang diperlukan terlebih dahulumsebelum individu mampu melakukan atau mencapai sesuatu. Diagnosis instrumental meliputi aspek-aspek : fisik klien (misal;kesehatan), fisik lingkungan (misal;keadaan sandang, pangan, papan), sarana,kegiatan (misal;buku-buku pelajaran, alat-alat kantor), dan pemahaman situasi(misal;untuk bertindak lebih disiplin).
3.   Pengentasan masalah berdasarkan teori konseling
      Beberapa teori konseling :Ego-counseling menurut Erickson yang didasarkan pada tahap perkembangan psikososial, behavioristik oleh B.F Skinner yang didasarkan pada pemikiran tingkah laku. Tujuan teori-teori tersebut tidak lain adalah mengentaskan masalah yang diderits oleh klien dengan cara yang paling cepat, cermat, dan tepat. Untuk semuanya itu konselor dituntut menguasai dengan sebaik-baiknya teori dan praktek bimbingan dan konseling (Lestari,Duwi. 2015).

D. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Intelegensi yang tinggi, bakat yang istimewa, minat yang menonjol untuk hal-hal yang positif dan produktif, sikap dan kebiasaan yang telah terbina dalam bertindak dan bertingkah laku sehari-hari, cita-cita yang tinggi dan cukup realistic, kesehatan dan kebugaran jasmani, hubungan sosial yang harmonis dan dinamis, dan berbagai aspek positif lainnya dari individu perlu dipertahankan dan dipelihara (Prayitno.2015:215). Pemeliharaan yang baik bukanlah sekedar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar bertambah baik, kalau dapat lebih indah, lebih menyenangkan, memiliki nilai tambah dari pada waktu-waktu sebelumnya. Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharan yang membangun, pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena itu, fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan tidak dapat dipisahkan.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengetahuan, kegiatan dan program. Misalnya disekolah, bentuk dan ukuran meja/kursi murid disesuaikan dengan ukuran tubuh serta sikap tubuh yang diharapkan. Ventilasi, suhu, bentuk dan susunan ruang kelas diusahakan agar mereka berada diruang itu merasa nyaman, betah dapat melakukan kegiatan dengan tenang dan sepenuhnya kemampuan (Prayitno.2015:216). Pengaturan, kegiatan dan program-program lain yang mengacu kepada fungsi bimbingan dan konselingtersebut dapat disusun dan kembangkan dalam jenis dan jumlah yang bervariasi dengan kemungkinan yang tidak terbatas.
Bimbingan dan konseling dapat berfungsi pemeliharaan dan pengembangan, artinya layanan yang diberikan dapat membantu para siswa dalam mengembangkan keseluruhan pribadinya secara lebih terarah dan mantap, terpelihara dan terkembangankannya berbagai potensi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang sudah bersifat positif dijaga agar tetap baik dan dimantapkan. Dengan demikian diharapkan agar siswa dapat mencapai perkembangan kepribadian secara optimal (Aster, Aziyant. 2013).

E. Fungsi Advokasi
Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis ayanan dan kegiatan bimbingan dan di dalam masing-masing fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi (Aster, Aziyant. 2013).
Fungsi advokasi memberikan pembelaan kepada konseli atau sekelompok konseli agar konseli mendapakan semangat dan bangkit daam sebuah harapan sehingga permasalahan yang terjadi tidak menjadikan konseli terpuruk danakan mendapatkan masalahyang baru. Bentuk pembelaan bukan berarti membenarkan apa yang dilakukannya itu benar tetapi memberikan pemahaman/pengarahan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh konseli, sebagai guru yang melayani setiap permasalahan yang dihadapi oleh konseli harus memberikan pembelaan agar mendapatkan kenyamanan itu maka dengan mudah menyelesaikan masalah yang ada (Aster, Aziyant. 2013).







BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungsi bimbingan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat yang diperoleh melalui pelayanan yang disediakan oleh sekolah.
Kelima fungsi bimbingan dan konseling yang dibahas, yaitu:
1.      Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yang difokuskan disini adalah fungsi pemahanan tentang pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien atau peserta didik sendiri dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien atau peserta didik , serta pemahaman tentang lingkungan klien atau peserta didik oleh klien atau peserta didik itu sendiri.
2.      Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan adalah  fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseling.
3.      Fungsi pengentasan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu dilaksanakan melalui berbagai pengetahuan, kegiatan dan program.
4.      Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi advokasi memberikan pembelaan kepada konseli atau sekelompok konseli agar konseli mendapakan semangat dan bangkit daam sebuah harapan sehingga permasalahan yang terjadi tidak menjadikan konseli terpuruk danakan mendapatkan masalahyang baru.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, masih terdapat kekurangan terutama dari sumber referensi dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis berharap penyusunan makalah selanjutnya dengan judul yang sama akan menyempurnakan kekurangan makalah ini dengan menambah materi yang lebih lengkap maupun dengan melengkapi bagian materi yang dirasa kurang dalam makalah ini.

















DAFTAR PUSTAKA
Amti, Erman, dan Prayitno. 2004. DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. Jakarta: RINEKA CIPTA
Syaifuddin. 2011. Makalah Funsi dan Prinsip BK. Diens Blog.
Lestari, Duwi. 2015. Fungsi dan Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling.Duwi Lestari Blog.
Aster, Aziyant. 2013. Bimbingan dan Konseling Pelayanan Konseling. Tersedia. http://aziyant.blogspot.co.id/2013/12/bimbingan-dan-konseling-fungsi_3402.html diakses tanggal 8 September 2016.